“Dikarenakan penulis merupakan orang yang memiliki pemahaman ilmu agama yang terbatas, dimohon kebijaksanaan pembaca agar meluruskan apabila ada kekurangan atau kesalahan baik melalui tatap muka atau media yang ada. Jazakumullahu khoiron katsiran”
Rasa penasaran sering menimbulkan sejuta pertanyaan, itu hal yang lumrah bagi seorang manusia. Dan ada pepatah mengatakan, “Malu bertanya sesat di jalan”, jadi memang tidak apa-apa jika seseorang bertanya untuk memenuhi hasrat keingintahuannya. Namun pertanyaannya, mungkinkah jika kita bertanya malah akan menyusahkan diri kita sendiri?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak kisah umat Nabi Musa (Bani Israil) yang diabadikan dalam Al-Qur’an berikut ini:
أَكُونَ أَنْ بِاللّهِ أَعُوذُ قَالَ هُزُواً أَتَتَّخِذُنَا قَالُواْ بَقَرَةً تَذْبَحُواْ أَنْ يَأْمُرُكُمْ اللّهَ إِنَّ لِقَوْمِهِ مُوسَى قَالَ وَإِذْ
بِكْرٌ وَلاَ فَارِضٌ لاَّ بَقَرَةٌ إِنَّهَا يَقُولُ إِنَّهُ قَالَ هِيَ مَا لّنَا يُبَيِّن رَبَّكَ لَنَا ادْعُ قَالُواْ [٦٧]الْجَاهِلِينَ مِنَ
إِنّهَا يَقُولُ إِنَّهُ قَالَ لَوْنُهَا مَا لَّنَا يُبَيِّن رَبَّكَ لَنَا ادْعُ قَالُواْ [٦٨]تُؤْمَرونَ مَا فَافْعَلُواْ ذَلِكَ بَيْنَ عَوَانٌ
تَشَابَهَ البَقَرَ إِنَّ هِيَ مَا لَّنَا يُبَيِّن رَبَّكَ لَنَا ادْعُ قَالُواْ [٦٩]النَّاظِرِينَ تَسُرُّ لَّوْنُهَا فَاقِـعٌ صَفْرَاء بَقَرَةٌ
تَسْقِي وَلاَ الأَرْضَ تُثِيرُ ذَلُولٌ لاَّ بَقَرَةٌ إِنَّهَا يَقُولُ إِنَّهُ قَالَ [٧٠]لَمُهْتَدُونَ اللَّهُ شَاء إِن وَإِنَّا عَلَيْنَا
[٧١]يَفْعَلُونَ كَادُواْ وَمَا فَذَبَحُوهَا بِالْحَقِّ جِئْتَ الآنَ قَالُواْ فِيهَا شِيَةَ لاَّ مُسَلَّمَةٌ الْحَرْثَ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.’ Mereka berkata, ‘Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?’ Musa menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.’[67] Mereka menjawab, ‘Mohonkanlah kepada Tuhan-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?’ Musa menjawab, ‘Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.’[68] Mereka berkata, ‘Mohonkanlah kepada Tuhan-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.’ Musa menjawab, ‘Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.’[69] Mereka berkata, ‘Mohonkanlah kepada Tuhan-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami, bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami, insya Allah, akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).’[70] Musa berkata, ‘Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.’ Mereka berkata, ‘Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.’ Kemudian mereka menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.[71]” (QS. Al-Baqarah: 67-71)
Dalam suatu riwayat, pernah salah seorang shahabat menanyakan mengenai haji (apakah wajib tiap tahun atau tidak) maka hampir saja beliau berucap namun kemudian hanya diam. Setelah itu, beliau mengatakan bahwa shahabat ini melakukan hal yang sama sebagaimana umat Nabi Musa menanyakan detail ibadah yang harus dilakukan dan hampir saja beliau mengatakan “Ya”. Bayangkan saja kalau saja saat itu Allah menghendaki rasulullah mengucapkan “Ya”, tentu saja saat ini kita bakal kalang kabut nyari duit untuk haji tiap tahunnya.
Hikmah yang bisa kita ambil tentu saja bertanya mengenai sesuatu hal tidaklah mengapa, bahkan jika itu menyangkut ilmu pengetahuan (dunia) maka kita harus membuat pertanyaan sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, jika itu menyangkut perkara ibadah, maka cukuplah perintah tersebut seperti tertera dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dilakukan oleh para shahabat maupun orang-orang shalih setelahnya. Kalaupun kita ingin memperjelas perkara ibadah tersebut, bertanyalah kepada ulama’ dan bertanya secukupnya saja. Islam sudah sempurna sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Maidah: 3,
...دِيناً الإِسْلاَمَ لَكُمُ وَرَضِيتُ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَأَتْمَمْتُ دِينَكُمْ لَكُمْ أَكْمَلْتُ الْيَوْمَ...
Artinya: “...Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...” (QS. Al-Maidah: 3)
Sehingga tidak perlu bagi kita untuk menambah atupun mengurangi apa-apa yang ada di dalam Islam. Hanya tinggal bagaimana kita mampu untuk meningkatkan kualitas dari ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam.By: Fikri Amirullah, (calon) ST.
bismillah...
BalasHapusassalamu'alaikum
wah subhanallah...skrg al-ikhwah makin eksis di dunia maya
smga smkin lancar da'wahny n mendapat barakah dari Allah
tp utk itu susunan ayat Al-Qur'an-nya tlg diperhatikan juga y? hehe
wasalamu'alaikum