Random Meaning

Random Ayat

Jumat, 30 Desember 2011

Tips Belajar

Tips tips belajar cara Islam

  1. Niat menuntut ilmu untuk mencari keredhoan Allah, dengan cara ini Allah akan berikan jalan keluar dalam setiap langkah yang buntu.
  2. Patuh pada guru . Tidak durhaka pada guru, orang tua, tidak berbuat jahat pada siapa saja atau apa saja. Contoh yang durhaka pada guru: Tsa’labah yang tidak patuh pada Rasul. Qarun yang tidak mau ikut dengan Nabi Musa. Keduanya mati dalam keadaan jauh dari Tuhan. Audzubillahimindzalik.
  3. Tidak berbuat aniaya pada siapa atau apapun. Menganiaya kawan atau makhluk lain akan membuat hati menjadi mati dan mudah berbuat dosa berikutnya.
  4.  Menghindari dosa dosa besar dan kecil, Misalnya: berbohong akan menjauhkan kita dari kebenaran, menjaga pandangan mata ( kisah orang soleh yang langsung lupa hafalan 1 Al Quran karena tidak menjaga pandangannya terhadap wanita), dll.
  5. Mengamalkan ilmu yang telah dimiliki secara terus menerus. Dengan mengamalkan ilmu kita melakukan penghayatan dan Insya Allah akan mendapatkan ruh dari apa yang kita lakukan. (setiap apa yang kita lakukan memiliki ‘ruh’ lihat ruh dalam beramal). Kita juga akan melakukan dua amalan yaitu mengamalkan ilmu dan berusaha istiqomah. Moga mendapat keredhoan Allah.
  6. Memenuhi adab dan tata cara mencari ilmu; misalnya: dimulai dengan berdoa, sebaiknya menghadap qiblat, mendengar dengan tertib, tidak memotong perkataan guru, dll.

Rabu, 10 Agustus 2011

Ramadhan Bulan Asistensi Pahala


Ketika bulan kecil tampak malu-malu mengintip dari atas langit sana dan umat Islam berdutun-duyun menunaikan shalat tarawih di masjid, itulah tanda bulan “spesial” telah siap mengobral pahala bagi kita. Keceriaan menyambut bulan suci Ramadhan mulai tampak sesaat imam membacakan doa niat berpuasa. Umat Islam tampak sibuk mempersiapkan apa yang akan mereka santap untuk the first sahur??
Tidak bisa dipungkiri kehadiran bulan Ramadhan ibarat kejatuhan durian runtuh, tergantung kita bisa membuka dan memakannya atau tidak. Ada banyak berkah yang tercantum di dalamnya. Masjid yang dulunya hanya terisi 1-2 shaf tiap waktu shalat sekarang membludak sampai tidak muat menampung antusias jamaah. Apalagi menu-menu gratis dari para dermawan dan masjid untuk berbuka puasa menambah keberkahan tersendiri bagi umat islam (*terutama mahasiswa)
Ambilah hikmah dari semua itu! Inilah momentum paling tepat bagaimana kita asistensi pahala tiap waktu di bulan Ramadhan. Dari ritualitas asistensi (tadarus, qiyamul lail, shadaqoh, dll) hingga akhirnya hal yang ditunggu-tunggu Insya Allah akan kita dapatkan. Apa itu? “Surat Puas”, dua kata smpel namun benar-benar membuat kita puas akan ritualitas asistensi selama ini. Idul Fitri dan pahala dari Allah SWT, itulah surat puas yang kita perjuangkan di bulan Ramdhan
Wallahu’alam..

By: Sang Pencerah dari Pati

Kamis, 14 Juli 2011

Kajian Ramadhan

"Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu (QS/ Al Baqarah: 185)

Jumat, 03 Juni 2011

Kajian Annisa


Kajian kali ini akan diselenggarakan oleh departement Annisa Al Ikhwah pada hari jumat, 10 Juni 2011 jam 11.30 di mushola Sipul,, dengan tema minggu ini:
"Agar Bidadari Cemburu Padamu"


just for muslimah...^_^

Tentang Muslimah


Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakaatuh

Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala. Kita memuji, memohon pertolongan dan meminta ampun kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan oleh Allah maka tidak akan ada yang bisa memberinya petunjuk. Kami bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan Rasul-Nya.

Saudariku, syari’at telah menaikkan derajat kita, mendudukkan kita dalam posisi yang mulia dan melindungi kita dari berbagai hal yang membawa keburukan. Amat disayangkan wahai saudariku, jika kita tidak menyadari hal itu. Lihatlah di sekitar kita betapa banyak hak-hak seorang wanita yang dilecehkan dan kewajiban-kewajiban seorang wanita yang terlupakan.
Tenanglah wahai Saudariku, kami adalah wanita seperti dirimu. Kami memahami keadaanmu ketika merasakan betapa menjadi seorang wanita bukanlah hal yang mudah. Di satu sisi wanita menunjukkan keindahan namun di sisi lain wanita juga menjadi fitnah dunia. Bukan sekedar itu saja namun seorang wanita juga memiliki amanah yang besar yang akan dimintai pertanggungjawaban di akherat nanti. Amanah-amanah tersebut terangkai dalam berbagai peran dalam diri seorang wanita di dalam kehidupannya

Rabu, 01 Juni 2011

HARUSKAH BERTANYA?

“Dikarenakan penulis merupakan orang yang memiliki pemahaman ilmu agama yang terbatas, dimohon kebijaksanaan pembaca agar meluruskan apabila ada kekurangan atau kesalahan baik melalui tatap muka atau media yang ada. Jazakumullahu khoiron katsiran”

Rasa penasaran sering menimbulkan sejuta pertanyaan, itu hal yang lumrah bagi seorang manusia. Dan ada pepatah mengatakan, “Malu bertanya sesat di jalan”, jadi memang tidak apa-apa jika seseorang bertanya untuk memenuhi hasrat keingintahuannya. Namun pertanyaannya, mungkinkah jika kita bertanya malah akan menyusahkan diri kita sendiri?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak kisah umat Nabi Musa (Bani Israil) yang diabadikan dalam Al-Qur’an berikut ini:
أَكُونَ أَنْ بِاللّهِ أَعُوذُ قَالَ هُزُواً أَتَتَّخِذُنَا قَالُواْ بَقَرَةً تَذْبَحُواْ أَنْ يَأْمُرُكُمْ اللّهَ إِنَّ لِقَوْمِهِ مُوسَى قَالَ وَإِذْ
بِكْرٌ وَلاَ فَارِضٌ لاَّ بَقَرَةٌ إِنَّهَا يَقُولُ إِنَّهُ قَالَ هِيَ مَا لّنَا يُبَيِّن رَبَّكَ لَنَا ادْعُ قَالُواْ  [٦٧]الْجَاهِلِينَ مِنَ
إِنّهَا يَقُولُ إِنَّهُ قَالَ لَوْنُهَا مَا لَّنَا يُبَيِّن رَبَّكَ لَنَا ادْعُ قَالُواْ  [٦٨]تُؤْمَرونَ مَا فَافْعَلُواْ ذَلِكَ بَيْنَ عَوَانٌ
تَشَابَهَ البَقَرَ إِنَّ هِيَ مَا لَّنَا يُبَيِّن رَبَّكَ لَنَا ادْعُ  قَالُواْ  [٦٩]النَّاظِرِينَ تَسُرُّ لَّوْنُهَا فَاقِـعٌ صَفْرَاء بَقَرَةٌ
تَسْقِي وَلاَ الأَرْضَ تُثِيرُ ذَلُولٌ لاَّ بَقَرَةٌ إِنَّهَا يَقُولُ إِنَّهُ قَالَ  [٧٠]لَمُهْتَدُونَ اللَّهُ شَاء إِن وَإِنَّا عَلَيْنَا
[٧١]يَفْعَلُونَ كَادُواْ وَمَا فَذَبَحُوهَا بِالْحَقِّ جِئْتَ الآنَ قَالُواْ فِيهَا شِيَةَ لاَّ مُسَلَّمَةٌ الْحَرْثَ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.’ Mereka berkata, ‘Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?’ Musa menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.’[67] Mereka menjawab, ‘Mohonkanlah kepada Tuhan-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?’ Musa menjawab, ‘Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.’[68] Mereka berkata, ‘Mohonkanlah kepada Tuhan-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.’ Musa menjawab, ‘Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.’[69] Mereka berkata, ‘Mohonkanlah kepada Tuhan-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami, bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami, insya Allah, akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).’[70] Musa berkata, ‘Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.’ Mereka berkata, ‘Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.’ Kemudian mereka menyembelihnya, dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.[71]” (QS. Al-Baqarah: 67-71)

Dalam suatu riwayat, pernah salah seorang shahabat menanyakan mengenai haji (apakah wajib tiap tahun atau tidak) maka hampir saja beliau berucap namun kemudian hanya diam. Setelah itu, beliau mengatakan bahwa shahabat ini melakukan hal yang sama sebagaimana umat Nabi Musa menanyakan detail ibadah yang harus dilakukan dan hampir saja beliau mengatakan “Ya”. Bayangkan saja kalau saja saat itu Allah menghendaki rasulullah mengucapkan “Ya”, tentu saja saat ini kita bakal kalang kabut nyari duit untuk haji tiap tahunnya.

Hikmah yang bisa kita ambil tentu saja bertanya mengenai sesuatu hal tidaklah mengapa, bahkan jika itu menyangkut ilmu pengetahuan (dunia) maka kita harus membuat pertanyaan sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, jika itu menyangkut perkara ibadah, maka cukuplah perintah tersebut seperti tertera dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah dilakukan oleh para shahabat maupun orang-orang shalih setelahnya. Kalaupun kita ingin memperjelas perkara ibadah tersebut, bertanyalah kepada ulama’ dan bertanya secukupnya saja. Islam sudah sempurna sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Maidah: 3,
...دِيناً الإِسْلاَمَ لَكُمُ وَرَضِيتُ نِعْمَتِي عَلَيْكُمْ وَأَتْمَمْتُ دِينَكُمْ لَكُمْ أَكْمَلْتُ الْيَوْمَ...
Artinya: “...Pada hari ini, telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu...” (QS. Al-Maidah: 3)
Sehingga tidak perlu bagi kita untuk menambah atupun mengurangi apa-apa yang ada di dalam Islam. Hanya tinggal bagaimana kita mampu untuk meningkatkan kualitas dari ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam.
By: Fikri Amirullah, (calon) ST.

Kamis, 12 Mei 2011

AMAL KECIL TIKET KE SURGA

By: Fikri Amirullah, (calon) ST.
“Dikarenakan penulis merupakan orang yang memiliki pemahaman ilmu agama yang terbatas, dimohon kebijaksanaan pembaca agar meluruskan apabila ada kekurangan atau kesalahan baik melalui tatap muka atau media yang ada. Jazakumullahu khoiron katsiran”
   Bilal bin Rabbah radhiyallahu ‘anhu. Pernahkah engkau mendengar namanya? Ya...beliau adalah mu’adzin di zaman rasulullah, seorang budak berkulit hitam yang dimerdekakan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu di awal munculnya agama Islam. Namun ada satu yang menjadi keutamaan Bilal yang mungkin tidak begitu hebat seperti para shahabat yang lain, akan tetapi telah menjadikannya masuk ke dalam golongan penghuni surga. Apakah amalan kecil beliau sehingga mampu menjadikannya memiliki tiket ke surga? Menjaga wudhunya dan shalat sunah dua raka’at setelah wudhu1.
   Mungkin sebagian dari kita merasa asing dengan amalan beliau tersebut. Saudaraku, yang menjadikan beliau masuk ke dalam golongan penghuni surga bukanlah karena beliau sholat sunnah dua raka’at setelah wudhu, namun karena ke-istiqomah-an beliau dalam mengamalkan amalan tersebut. Ya...suatu amalan kecil namun dijalankan dengan istiqomah dan mengharap ridho Allah.
   Sebagaimana disebutkan di beberapa hadits, bahwa amalan yang paling disukai Allah adalah yang kecil namun istiqomah. Dan telah terbukti pada diri Bilal bin Rabbah radhiyallahu ‘anhu.
Nah saudara-saudaraku sekalian rahimakumullah, sungguh mudah agama ini jika kita benar-benar mau mengamalkannya secara ikhlas mengharap ridhoNya. Amalan kebaikan apapun dan sekecil apapun, lakukanlah dengan istiqomah, yakinlah dengan janji Allah dan insyaAllah engkau akan mendapati bahwa janji Allah adalah benar. Wallahu a’lam.
    


Keterangan: [1] Maksud dari menjaga wudhu adalah ketika wudhu beliau batal, sesegera mungkin beliau langsung berwudhu kembali kemudian melaksanakan sholat sunnah dua raka’at.

Senin, 18 April 2011

Bagaimana Menokohkan Diri Anda

Saat ini FSLDK mempunyai target untuk menokohkan kader dakwah kampus dengan harapan dapat memunculkan figur yang memang “jebolan” dakwah kampus, bagaimana cara Kita sebagai pribadi untuk meningkatkan kapasitas kita dan ketokohan kita di kampus, regional, maupun nasional ?
 Saya termasuk salah satu orang yang terlibat dalam pembahasan target 1000 Tokoh Aktifis dakwah kampus dengan kawan-kawan dari kampus lain. Memang program ini masih belum berjalan dengan ideal, karena berbagai faktor antara lain; (1) belum siapnya kader dakwah kampus untuk menghadapi dunia luar lembaga dakwahnya, ciri eksklusif masih banyak terdapat pada kader dakwah kampus.(2) kerendahan hati para kader dakwah, sebuah sifat yang sangat terpuji, akan tetapi jika digunakan pada tempat yang salah akan berakibat pada tidak berkembangnya dakwah, saya berpesan agar kita tidak tawadhu salah tempat. (3) kelemahan pemanfaatan teknologi, kemajuan teknologi saat ini semakin berkembang, Anda bisa menjadi seorang yang dikenal luas dengan memanfaatkan teknologi ini, seorang tidak perlu bertemu langsung dengan Anda, akan tetapi ia akan dapat mempercayai Anda serta menganggap Anda seorang yang telah dikenal luas.(4) pendeknya masa perkuliahan, saya merasakan bahwa seorang kader matang saat tingkat tiga, sedangkan masa  kuliah pada umumnya hanya 4 tahun, sehingga belum sempat seorang kader menokoh secara nasional, bahkan daerah, ia sudah keburu dikejar dengan kelulusan. (5) tidak merasa ( atau mungkin malu ) sebagai kader dakwah kampus. Beberapa kader pernah saya amati tidak merasa bisa “menjual” dirinya jika ia berpredikat kader dakwah kampus. Mungkin sebetulnya banyak kader yang telah tertokohkan, akan tetapi ia tidak dipandang sebagai kader dakwah kampus.
Melihat kenyataan serta tuntutan yang ada terkait ketokohan kader dakwah, perlu kiranya Anda secara pribadi yang menokhkan diri Anda. Saya mempunyai keyakinan bahwa Anda dapat menjadi tokoh yang bermanfaat bagi dakwah kampus. Anda mempunyai potensi sebagai pribadi, Anda punya lembaga dakwah yang menjadi lingkungan Anda belajar dan berdakwah dan Anda bisa memanfaatkan jaringan FSLDK sebagai pendukung ketokohan Anda di tingkat kampus, daerah, bahkan nasional.
Pernahkah Anda berpikir bahwa tidak ada definisi tokoh yang sama bagi setiap orang. Karena setiap orang mempunyai standar tersensdiri, kebutuhan idola tersendiri dan kebutuhan panutan yang berbeda-beda. Jadi setiap dari Anda bisa menjadi tokoh dengan potensi yang Anda miliki serta dengan jumlah massa pendukung yang memang akan terkena dampak ketokohan Anda.
Saya pernah menulis tentang bagaimana menokohkan kader dakwah, pada tulisan ini saya menyampaikan bahwa kader dakwah bisa menjadi tokoh dari berbagai pendekatan yang ada. Tergantung Anda bisanya menokoh dengan cara yang bagaimana. Apakah Anda sebagai sosok, religi, akademisi, olahragawan, seniman, aktifis mahasiswa, atau lainnya. Tahap pertama adalah menentukan jalur ketokohan Anda.
Seorang tokoh yang dibutuhkan saat ini adalah sosok tokoh yang moderat, dimana ia tidak terlalu ekstrem dalam berpikir, akan tetapi tetap dengan landasan berpikir yang kuat. Seorang tokoh yang disenangi adalah tokoh yang luwes, supel dan terbuka serta bisa berkomunikasi dengan orang banyak. Saat ini banyak kader yang mempunyai kapasitas pemahaman yang kuat, akan tetapi hanya sedikit sekali yang bisa membahasakannya kepada objek dakwah yang heterogen dengan baik, alhasil ia hanya bermanfaat bagi sesama kader saja.
Baiknya Akhlak serta budi perkerti dan tata bahasa menjadi daya tarik tersendiri, seorang yang berakhlak baik, dan memiliki prilaku yang sangat baik akan menimbulkan pull effect untuk menimbulkan keterkesanan dari masyarakat luas. Seorang tokoh diharapkan pula dapat memahami seni mengkritik dan dikritik dengan baik ( ada buku khusus dengan judul ini ). Karena perlu kita pahami semua, bahwa setiap kebijakan, pemikiran dan tindakan kita pasti ada yang menentang dengan berbagai alasan. Untuk menjadi tokoh yang bijak Anda perlu memahami seni mengkritik dan dikritik ini agar Anda bisa terus maju dan tidak mudah mundur karena kritikan seseorang. Memahami cara mengkritik perlu juga agar Anda tetap bisa menjaga citra sebagai sosok yang tidak asal ngomong. Dalam memahami masyarakat selain Anda perlu menyaring apa yang dikatakannya, Anda perlu juga memahami sebab atau latar belakang ia mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan Anda, sehingga Anda bisa memberikan antitesis yang tepat sasaran.
Tokoh bergaul dengan tokoh, dan dari seorang tokoh akan muncul pula tokoh yang lain. banyaklah bergaul dan belajar dengan seseorang yang telah Anda Anggap tokoh, apakah itu sosok ulama, pejabat, penulis, ilmuwan dan sebagainya agar bisa mendapatkan ilmu bagaimana menjadi tokoh dengan baik. Serta untuk mendapatkan jaringan dari tokoh yang kita dekati ini. Semakin banyak referensi tokoh yang Anda miliki, semakin berkarakter diri Anda dalam menokohkan diri. Dari tiga paragraf ini bisa disimpulkan, tahap kedua adalah memahami karakter seorang tokoh.
Selanjutnya, tahap ketiga adalah menentukan media yang akan digunakan untuk meningkatkan ketokohan diri. Saat ini berbagai media bisa digunakan untuk meningkatkan ketokohan. Media yang paling sederhana adalah tulisan pemikiran Anda, Anda bisa memulai dengan menyumbangkan tulisan pada media yang telah tersedia, apakah itu media kampus, media daerah, dan media nasional. Mulailah rutin menulis, dengan menulis Anda akan di claim sebagai sosok yang memiliki pemikiran dan suka menyumbangkann ide yang bisa digunakan oleh banyak orang. Buat target pribadi seperti menulis di koran kampus setiap bulan, menulis di media daerah setiap 1 bulan dan menulis di media nasional setiap 2 bulan sekali. Atau, jika memang belum berkesempatan untuk menulis di media yang telah ada, mulailah menulis di media yang Anda buat sendiri, seperti website atau blog.membuat milis dengan Owner diri Anda dan diasuh langsung oleh Anda, dimana Anda rutin mengirim posting tulisan Anda yang bermanfaat. Reza Ervani dengan milis motivasi indonesia berhasil membuat ketokohan ini dengan baik, begitu pula saya mulai memcoba membangun ketokohan dengan cara ini melalui milis tanyajawabLDK. Menyempatkan diri atau memang mendedikasikan waktu Anda sebagai pemateri / pengisi acara / moderator/ peserta aktif dan kritis pada berbagai skala acara/seminar/talkshow/training dapat  juga menjadi ekskalasi yang perlu dilakukan oleh Anda untuk meningkatkan kemampuan komunikasi massal serta mendongkrak ketokohan Anda. Tak lupa pula untuk membangun jaringan dengan tokoh lain, seorang tokoh dinilai sudah menjadi “tokoh” jika ia sudah punya relasi dengan tokoh lainnya.
Tiga tahap ini saya yakini menjadi cara untuk menokohkan diri Anda sebagai kader dakwah kampus yang akan mencitrakan diri Anda serta dakwah kampus pada umumnya. Dengan pencitraan positif ini diharapkan Anda bisa menjadi duta untuk memajukan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap dakwah kampus yang mampu mensuplai seorang yang bisa diterima di masyarakat. Pesan terakhir dari bagian ini adalah salah satu tantangan dalam ketokohan kader adalah ujian dunia terkait uang, jabatan dan akhlak. Kita membentengi diri dengan kedekatan pada Allah serta selalu dalam lingkungan dakwah dengan kader-kader lainnya yang selalu mengingatkan jika kita khilaf dalam bertindak.